WELCOME HERE MY SITE

This place where I share my experiences of knowledge also made ​​friends all

Rabu, 26 Oktober 2011

makalah kelainan BBL


Kelainan pada bayi baru lahir
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Asuhan Neonatus

ypib.jpg

Disusun oleh :
Indah Tri Widyanti
Lia Nurlia Sari
Silviana Fitrianingrum
Wulan Fitri Astuti

STIKes YPIB MAJALENGKA
PRODI D III KEBIDANAN






KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang maha luas rahmat dan karunia-Nya, semoga kami termasuk ke dalam orang yang mendapatkannya. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., keluarganya, para sahabatnya, dan semoga kita termasuk ke dalam umatnya.
Dalam rangka mengembangkan potensi diri dalam bidang Asuhan Kebidanan, sudah sepatutnya jika pengetahuan tentang kelainan pada bayi baru lahir. Hal ini sangat berguna mengingat di masa yang akan dating, sebagai seorang bidan akan menjadi manusia yang teramat penting dalam sebuah kelahiran. Mengingat begitu luasnya pembahasan tentang kelainan pada bayi baru lahir, maka kami persempit pembahasan hanya pada masalah HIRSCPRUNG,OBSTRUKSI BILLIARIS,OMFAKEL dan HERNIA DIAFRAGMATIKA.
Meskipun makalah ini dibuat dengan segala keterbatasan yang ada pada kami, baik keterbatasan waktu, dana, terlebih lagi keterbatasan kemampuan kami, namun kami berharap semoga makalah ini memenuhi syarat sebagai tugas mata kuliah Asuhan Neonatus.

Tidak ada gading yang tak retak, jika terdapat kekurangan atau bahkan kesalahan dalam mekalah ini, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna perbaikan dalam pembuatan tugas yang sama berikutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami selaku tim penyusun, dan umumnya bagi rekan-rekan semua.





Majalengka, Oktober 2011

Tim Penyusun




i

DAFTAR ISI

Kata pengantar                                   ................................................................................  i
Daftar isi                                             ................................................................................  ii
BAB I. Pendahuluan
        I.            Latar belakang
      II.            Ruang lingkup masalah
    III.            Tujuan lingkup masalah          ...............................................................................  1
BAB II. Pembahasan
1.      Hircshpung                              ..............................................................................  2-3
2.      Obstruksi Biliaris                     ..............................................................................  3-5
3.      Omfalokel                               ..............................................................................  6-7
4.      Hernia Diafraghmatika           ..............................................................................   8
BAB III. Penutup
        I.            Kesimpulan
      II.            Saran                                       ..............................................................................  9
Daftar pustaka                                    ..............................................................................  iii








ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.
Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini, persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta perawatan pasca operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik akan meningkatkan keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak

1.2 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup pembahasan yang akan dibahas yaitu mengenai hirschprung,obstruksi billiaris,omfalokel dan hernia diafragmatika.

1.3 Tujuan dan Maksud Penulisan

1. Mahasiswa mampu mempelajari dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan trauma lahir.
2. Untuk mengingatkan kita kembali, untuk semaksimal mungkin melakukan penatalaksanaan perioperatif pada obstuksi usus untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak








1
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Hirschprung
Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu kelainan kongenital yang ditandai dengan penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Sehingga menyebabkan terakumulasinya feses dan dilatasi kolon yang masif.

Ø  Penyebab
Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna bisa berjalan di sepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini disebut gerakan peristaltik). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion, yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit Hirschsprung, ganglion ini tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter. Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan. Penyakit Hirschsprung 5 kali lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan bawaan lainnya, misalnya sindroma Down

Ø  Tanda dan gejala
·         segera setelah lahir, bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir)
·         tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
·         perut menggembung
·         muntah
·         diare encer (pada bayi baru lahir)
·         berat badan tidak bertambah, mungkin terjadi retardasi pertumbuhan
·         malabsorbsi.
Ø  Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan colok dubur (memasukkan jari tangan ke dalam anus) menunjukkan adanya pengenduran pada otot rektum.



2





Ø  Pengobatan
Pengobatan dengan diberikan obat-obat yang bersifat simptomatis atau definitif. Pada keadaan gawat darurat, mungkin juga diperlukan koreksi cairan dan keseimbangan elektrolit.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik.

2.      Obstruksi Billiaris

1.      Pengertian
Obstruksi biliaris, yaitu timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Pada bayi lahir tidak terjadi obstruksi biliaris, melainkan ikterus, karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah.
Ikterus adalah keadaan teknis dimana ditemukannya warna kuning pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh pigmen empedu.
Pada bayi baru lahir sering disebabkan inkompabilitas faktor Rh atau golongan darah ABO antara ibu dan bayi atau karena defisiensi GGPO pada bayi.

2.      Patofisiologi
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding misalnya ada tumor atau penyempitan karena trauma (iatrogenik). Batu empedu dan cacing askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sambutan didalam lumen saluran. Pankreatis,tumor caput pankreas,tumor kandung empedu atau anak sebar tumor ganas didaerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu.
Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain kista koledokus,abses amuba pada lokasi tertentu,diventrikel duodenum dan striktur sfingter vavila vater.
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat,biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan dengan obstruksi empedu tidak jelas. Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Lain menyarankan mungkin berkaitan dengan pelepasan ovioid endogen.
Penyebab obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan (sebagai strekobillin) dalam feses.





3
Kemungkinan penyebab saluran empedu meliputi :
a.       Kista dari saluran empedu
b.      Lymp node diperbesar dalam porta hepatis
c.       Batu empedu
d.      Peradangan dari saluran-saluran empedu
e.       Trauma cedera termasuk dari operasi kandung empedu
f.       Tumor dari saluran-saluran empedu atau pankreas
g.      Tumor yang telah menyebar ke sistem empedu

3.      Gejala

v  Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
v  Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan lihat seperti dempul.
v  Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobillinogen.
v  Perut sakit disisi kanan atas
v  Demam
v  Mual dan muntah

4.      Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik,adanya tanda ikterus atau kuning pada kulit,pada mata dan dibawah lidah. Pada pemeriksaan perut,hati teraba besar kadang juga disertai limfa yang membesar.

Pemeriksaan labolatorium dan imaging.
v  Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar billirubin).
v  Rongten perut (tampak hati membesar)
v  Kolangiogram (kolangiografi interaoperatif).
v  Breath test.
v  USG.
v  Imaging radionuklida (radioisoto).
v  Skening hati.
v  Kolesintigrafi
v  CT Scan.
v   MRI
v   Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd.
v   Kolangiografi transhepatik perkutanius.
v   Kolangiografi operatif.
v   Foto rogten sederhana.
v  Pemeriksaan biopsi hati
v   Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan)






4
5.      Pencegahan

Dapat mengetahui setiap faktor resiko yang dimiliki,sehingga bisa mendapatkan promft diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat.penyumbatan itu sendri tidak dapat di cegah.
Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu),dengan keadaan fisik yang menunjukan anak tanpak ikteri,feses pucat dan urin berwarna gelap(pekat).
6.      Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu.tindakan tersebut dapat berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor.dapat pula upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopy baik melalui papila vater atau dengan laparoscopy.
Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab sumbatan,dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat dialirkan.drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso bilier,pipa T pada ductus koledokus atau kolesistostomi.

·         Penatalaksanaan keperawatan
Pertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan,serta menghindarkan kontak infeksi).berikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada bayinya berbeda dengan bayi lain yang kuning karena hiperbilirubinemia biasa yang dapat hanya dengan terapi sinar atau terapi lain.pada bayi ini perlu tindakan bedah karena terdapatnya penyumbatan.
·         Penatalaksanaan medisnya yaitu dengan operasi
 


















5

3.      Omfalokel

1.      Pengertian
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).
Omfalokel (eksomfotos) merupakan suatu cacat umbilicus, tempat usus besar dan organ abdomen lain dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai dengan kelainan kromosom, yang harus disingkirkan. Cacat dapat bervariasi dan diameter beberapa centimeter sampai keterlibatan dinding abdomen yang luas. Organ yang menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang mudah terinfeksi. Rongga abdomen sendiri sangat kecil, sehingga perbaikan bedah bisa sangat sulit atau tidak mungkin, kecuali bila dinding abdomen yang tersisa cukup dapat direntang untuk memungkinkan penempatan kembali isi abdomen. Penggantinya, cacat ini dapat ditutupi dengan bahan sintetis seperti silastic, yang dapat digulung ke atas, sehingga usus dapat didorong masuk secara bertahap ke dalam rongga abdomen dalam masa beberapa minggu.

2.      Penyebab

Omfalokel disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat terlihat dengan adanya prostrusi (sembilan) dari kantong yang serisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat menonjol keluar). Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.
Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika
3.      Gejala
Omfalokel yaitu hernia umblikalis inkomplit terdapat waktu lahir di tutup oleh peritoneum,selain warton dan selaput amnion. Hernia umbilikalis biasanya tanpa gejala,jarang yang mengeluh nyeri.
Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel berfariasi,tergantung kepada besarnya lubang di pusat. Jika lubangnya kecil,mungkin hanya usus yang menonjol,tetapi jika lubangnya besar,hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
6
4.      Diagnosa
Diagnosis ditegakan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik,dimana isi perut terlihat dari luar melalui selaput peritoneum.
Diagnosi tidak sukar yaitu dengan adanya defek pada umbilikus. Diagnosis banding bila ada defek supraumbilikus dekat dengan defek umbilikus dengan penonjolan lemak preperitonial yang dirasakan tidak enak.
5.      Pengobatan
Omfalokel (eksomfalokel) adalah suatu hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dan dibungkus suatu kantong peritoneum. Penanganannya adalah secara operatif dengan menutup lubang pada pusat. Kalau keadaan umum bayi tidak mengizinkan, isi perut yang keluar dibungkus steril dulu setelah itu baru dioperasi.
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahanuntukmenutupomfalokel.
Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah, harus diberi merkurokrom dan diharapkan akan terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan otot visera sekaligus ke rongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru sehingga timbul gejala gangguan pernapasan.














7
4.       Hernia diafraghmatika

1.       Pengertian
Hernia Diafragmatika merupakan penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma.
2.       Etiologi
Salah satu penyebab terjadinya hernia diafragma adalah trauma pada abdomen(perut), baik trauma penetrasi maupun trauma tumpul abdomen., baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Mekanisme dari cedera dapat berupa cedera penetrasi langsung pada diafragma atau yang paling sering akibat trauma tumpul abdomen. Pada trauma tumpul abdomen, penyebab paling sering adalah akibat kecelakaan sepeda motor. Hal ini menyebabkan terjadi peningkatan tekanan intra abdominal yang dilanjutkan dengan adanya rupture pada otot-otot diafragma. Pada trauma penetrasi paling sering disebabkan oleh luka tembak senjata api dan luka tusuk senjata tajam. Sekitar 0,8-1,6 % dengan trauma tumpul pada abdomen mengalami rupture pada diafragma. Perbandingan insiden pada laki-laki dan perempuan sebesar 4:1.
Menurut lokasinya hernia diafragma traumatika 69 % pada sisi kiri, 24 % pada sisi kanan, dan 15 % terjadi bilateral. Hal ini terjadi karena adanya hati di sisi sebelah kanan yang berperan sebagai proteksi dan memperkuat struktur hemidiafragma sisi sebelah kanan. Organ abdomen yang dapat mengalami herniasi antara lain gaster(lambung), omentum, usus halus, kolon, limpa dan hepar(hati). Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun strangulata dari saluran cerna yang mengalami herniasi ke rongga toraks(dada) ini.
3.       Tanda dan Gejala
·         Gangguan pernafasan yang berat
·         Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
·         Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
·         Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
·         Takikardia (denyut jantung yang cepat).
















8
Bab III
Penutup

1.      Kesimpulan

Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu kelainan kongenital yang ditandai dengan penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Sehingga menyebabkan terakumulasinya feses dan dilatasi kolon yang masif.
Obstruksi biliaris, yaitu timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Pada bayi lahir tidak terjadi obstruksi biliaris, melainkan ikterus, karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah.Ikterus adalah keadaan teknis dimana ditemukannya warna kuning pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh pigmen empedu.
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).
Hernia Diafragmatika merupakan penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma.

2.      Saran
Pemeriksaan pada masa kehamilan itu sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi pada  janin yang masih dalam rahim dan juga ketika saat lahir nanti,teutama penyakit yang mungkin di derita bayi pada saat lahir.



















9
Daftar pustaka


Apotik online dan media informasi obat – penyakit : medicastore.com

Askeb neo – TRAUMA KELAHIRAN PADA BAYI BARU LAHIR «BIDANKU…SAHABATKU.html

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. Jakarta: EGC..
http:\\www.google.com






















iii

Minggu, 24 Juli 2011

DMG ^Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.
Patofiologi Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
Pengelolaan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
Pengelolaan medis
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
− Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
− Kalori kegiatan jasmani 10-30%
− Kalori untuk kehamilan 300 kalor
− Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
− Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
− Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
− Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
− Mencegah episode hipoglikemia
− Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
− Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan
terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.
Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang diharapkan.
Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.